The Philosophy of Umpiring and the Introduction
of Decision-Aid Technology
http://www.tandfonline.com/toc/rjps20/37/2
Volume 37, Issue 2, 2010
Journal of the Philosophy of Sport, 2010, 37, 135-146 © 2010
Human Kinetics, Inc.
Tujuannya adalah untuk
mengembangkan teori tentang hubungan antara ofisial pertandingan (baik peserta,
penonton dan wasit pertandingan) dan teknologi. Jurnal ini membahas terminologi
baru untuk jenis keadilan yang terlibat dalam pertandingan. peneliti berpendapat
bahwa pengenalan teknologi baru harus dilakukan sedemikian rupa untuk menjaga
keadilan keputusan dan keadilan yang tidak sama dengan akurasi. Keadilan
terbaik disajikan dengan penggunaan terkendali teknologi baru. Dalam hal ini
penempatan wasit sebagai pengadil dan teknologi sebagai pendukung wasit dalam
pengambilan keputusan agar sebuah pertandingan tetap terjaga sportivitasnya,
agar tidak menghilangkan nilai essensi dari sebuah olahraga.
Keterlibatan saat ini pada suatu pertandingan olahraga antara lain, pemain,
wasit (perangkat pertandingan), official,
penonton di stadion, pemirsa, dan televisi atau dalam kata lain teknologi
informasi yang masuk ke dalam arena olahraga guna mendukung kegiatan olahraga
tersebut
Wasit termasuk
perangkat pertandingan
1. Ontologis
otoritas: Wasit dan perangkat pertandingan diinvestasikan dengan banyak
otoritas ontologis. Artinya, dengan cara biasa hal, apa yang mereka memutuskan
mendefinisikan apa yang terjadi dalam contoh khusus sejauh itu mempengaruhi
yang selanjutnya berlangsung dari permainan, hasil dari permainan dan cara
permainan dicatat dalam arsip statistik. Apa yang dihasilkan oleh keputusan
wasit selanjutnya akan mempengarui hasil pertandingan itu dan pertandingan
selanjutnya, dalan pemahaman ini wasit dengan segala otoritas pengadil
dilapangan berhak atas keputusan yang dikeluarkan berdasarkan pertimbangan
aturan serta pengalamannya.
Wasit profesional biasanya
diberikan pelatihan khusus oleh federasi olahraga, dan keputusan mereka terus
diteliti oleh badan profesional atau federasi olahraga. Dengan demikian, wasit
memiliki keterampilan khusus yang
ditingkatkan dari pengalaman mewasiti, dalam artian epistemologi berbagai
tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh
pengetahuan baru atau mengembangkan yang telah ada.
Keadilan
Dalam pertandingan profesionalterdapat banyak unsur
yang terlibat, diantaranya official, penonton di stadion, pemirsa, dan
televisi. Keadilan dalam sebuah pertandingan ketika seseorang mampu atau memilih
argumen bagus untuk mengasumsikan bahwa keadilan bisa dilihat dari berbagai
sisi atau dengan kata lain dari berbagai pertimbangan, dalam hal ini wasit
dalam pertandingan profesional punya pemahaman aturan dan pengalaman, bagaimana
cara penyampaian kepada pemain dan
official ketika mereka merasa diberlakukan tidak adil
Dalam riviev artkel ini ada beberapa yang di bahas oleh peneliti: pemain,
suporter, pemirsa dan televisi
Pemain: dalam kajian ontologis mereka berpengalaman
dari kajian materi, pemain telah mengembangkan keilmuannya, pengalaman,
kemampuan fisiologis, sosiologisnya. Suporter dalam peranan ini sebagai pendukung, antara
keberpihakan terhadap tim atau atlet yang bertanding atau hanya menikmati
sebuah entertaiment dalam sebuah pertandingan olahraga,
Ada dua sisi
yang dikaji suporter pendukung, dan suporter penyemarak,
Suporter
pendukung dalam kajian epistemologis mereka lebih miskin pengalaman, jarang para suporter menelaah
pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan ketika
tim kesayangan bertanding kalah, para suporter ini lebih menunjukkan ego
sektoral keberpihakan pada satu sisi yakni tim yang
mereka dukung, disini kesadaran individu
dan kesadaran sosial serta pengetahuan yang dimiliki berlaku, manakala mereka
marah atas ketidak adilan wasit, atau menyalahkan sistem yang menjadi regulasi
suatu pertandingan. Akan terjadi gesekan
ketika terjadi dikalangan masyarakat tradisional yang minim pendidikan atau pengetahuan.
Mereka yang berada di arena pertandingan
jauh lebih minim fasilitas teknologi daripada pemirsa yang melihat dilayar kaca
dengan fasilitas tanyangan ulang ketika terjadi kejadian menarik selama
pertandingan.
Wasit
atau perangkat pertandingan langsung harus menilai urutan hampir seketika
peristiwa yang memerlukan pengolahan lebih banyak di tingkat bawah sadar
daripada di tingkat sadar (reflek ;angsung pada saat kejadian apa yang harus
diputuskan). Ini mengambil pengalaman dan praktek yang diperlukan untuk
memahami situasi secara keseluruhan daripada untuk merakit keputusan bagian
dari keterampilan memimpin wasit spesialis yang terdiri 'somatik knowledge'- taktik keterampilan diwujudkan dengan
kemampuan untuk menilai situasi berlangsung cepat dalam sekejap-menjadi
berlebihan.
Tayangan ulang televisi banyak menghancurkan keputusan
wasit, dalam artian ini wasit saat memimpin pertandingan, punya kemampuan untuk
mengambil keputusan dengan cepat berdasar kejadian yang berlangsung, pengalaman
terdahulu “somatik knowledge”. Posisi
teknologi dalam pertandingan guna saling mendukung semua unsur dala
pertandingan. Dalam suatu pertandingan ada zona dimana biasanya dinamakan zona
ketidakpastian, sebagai contok zona garis gawang. Bola dinyatakan masuk apabila
bola masuk melebihi garis gawang, dalam
sebuah kasus pengamatan wasit saat bola masuk tidak di nyatakan menjadi gol.
Akan tetapi para pemain melihatnya sbagai gol. Disinilah terjadi sebuah
geesekan antara wasit dan pemain, dalam
hal ini teknologi berperan dalam keputusan wasit.
Dalam
terminologi kami, ketika pemain menuntut tinjauan keputusan wasit itu, otoritas
ontologis secara efektif ditransfer ke teknologi atau dalam istilah populernya
“hawk eye”. tetapi hanya begitu lama
sebagai titik dampak bola tidak dalam zona ketidakpastian pemirsa yang menonton tanyangan ulang di rumah puya
argumen atau angapan tersendiri.
Pertimbangan
filosofis penting adalah penyesuaian dalam pemahaman kita dari titik bantu
keputusan olahraga dalam terang filsafat pertandingan mewasiti dan wasit yang
telah dikembangkan di atas. Wasit pertandingan bukan tentang akurasi ini adalah
tentang keadilan. Akurasi dan keadilan tidak selalu sama. Transparan
ketidakadilan juga harus dihindari. Di mana teknologi baru, yang tidak mengaktifkan
transparansi palsu, membuatnya sangat jelas bahwa seorang hakim manusia adalah
memberikan ketidakadilan, maka otoritas ontologis harus kembali ke mesin.
Artinya, mesin harus memiliki wewenang ontologis di sona luar ketidakpastian
tetapi hanya di luar zona ketidakpastian. Penempatan wasit sebagai pengadil dan
teknologi sebagai pendukung wasit dalam pengambilan keputusan agar sebuah
pertandingan tetap terjaga sportivitasnya. Dalam artian manusia sebagai makhluk
yang tidak sempurna akan di dukung oleh teknologi yang transparan guna
mendukung sebuah filosofi sportivitas dalam berolahraga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar