Selasa, 28 Desember 2010

Pengertian Olahraga

Pengertian olahraga


Pengertian olahraga adalah suatu bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal.



Pengertian Olahraga (Menpora Maladi)


Olahraga mencakup segala kegiatan manusia yang ditujukan untuk melaksanakan misi hidupnya dan cita-cita hidupnya, cita-cita nasional politik, sosial, ekonomi, kultural dan sebagainya.

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yangintensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.



Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa-siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or dari pada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or (Renstrom & Roux 1988, dalam A.S.Watson : Children in Sport dalam Bloomfield,J, Fricker P.A. and Fitch,K.D., 1992).


Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat)


Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusiaIndonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.


Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkupsport; permainan yang dilem


Seperti dikemukakan oleh para ahli lainnya (Pieron, Cheffers, dan Barette (1994; dalam Naul, 1994) pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan. Paradigma ini telah diadopsi diIndonesia dalam pengembangan pedagogi olahraga di FIK/ FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa pedagogi olahraga dianggap sebagai "induk" yang berpotensi untuk memadukan konsep/teori terkait dari relevan dari beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradigma interdisiplin (Matveyev, dalam Rush Lutan, 1988) Pandangan ini tak berbeda dengan tradisi di Jerman yang menempatkan pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dalam struktur ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973). Dalam model yang dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pedagogi olahraga ditempatkan sebagai "pusat" yang berpotensi untuk memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu keolahragaan, sementara para ahli meletakkansport, medicine yang mencakup aspek keselamatan (safety) dan kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rush Lutan, 1998; dalam laporan hasil The Second Asia Pacific Congress of Sport and Physical, Education University President).

Widmer (1972) menjelaskan objek formal pedagogy olahraga yaitu "fenomena olahraga dari fenomena pendidikan, tatkala manusia dirangsang agar mampu berolahraga. Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogi olahraga mencakup dua hal utama: (1) tindakan pendidikan praktis dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan teoretis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud mendidik tersebut; dan (2) praktik yang dimaksud berbeda dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani yang mengutamakan latihan gaya militer dan drill di beberapa negara, khsusnya di Jerman; praktik baru itu disertai konsep teoretis pendidikan jasmani, kontrol terhadap badan, dan disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan keterampilan di bawah pengendalianjiwa dan kemauan.

definisi pendidikan jasmani

Definisi penjas menurut berbagai tokoh-tokoh penjas;

Salah satu definisi pendidikan jasmani yang patut dikemukakan adalah definisi yang dilontarkan pada Lokakarya Nasional tentang Pembangunan olahraga pada tahun 1981(Abdul Gafur, 1983:8-9) :
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Definisi Pendidikan Jasmani Menurut Cholik Mutohir (Cholik Mutohir, 1992)

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.

Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.

Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional

Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.




Arti Pendidikan Jasmani :

Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan jasmani, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (KBBI, 1989), jasmaniadalah tubuh atau badan (fisik). Namun yang dimaksud jasmani di sini bukan hanya badan saja tetapi keseluruhan (manusia seutuhnya), karena antara jasmani dan rohani tidak dapat dipisah-pisahkan. Jasmani dan rohanai merupakan satu kesatuan yang utuh yang selalu berhubungan dan selalu saling berpengaruah.


Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmaniadalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia



Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusiaIndonesia berkualitas berdasarkan Pancasila. Secara eksplisit istilah pendidikan jasmani dibedakan dengan olahraga. Dalam arti sempit olahraga diidentikkan sebagai gerak badan. Olahraga ditilik dari asal katanya dari bahasa jawa olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga) berarti badan. Secara luas olahraga dapat diartikan sebagai segala kegiatan atau usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada setiap manusia. Definisi lain yang dilontarkan pada Lokakarya Nasional Pembangunan Olahraga (Abdul Gafur, 1983:8-9) secara eksplisit berbeda dengan pendidikan jasmani. Definisi tersebut dikembangkan penulis (Cholik Mutohir, 1992) sebagai berikut:

Kamis, 09 Desember 2010

PROGRAM LATIHAN UNTUK PEMULA

PROGRAM LATIHAN UNTUK PEMULA
Dada (Chest)
Latihan dada termasuk latihan favorit bagi para fitness mania. Berikut adalah program latihan dada menggunakan yang mengutamakan otot pectoral. Yang perlu Anda perhatikan : sebagai pemula, jangan keliru memilih berat beban. Kalau Anda tidak dapat menyelesaikan repetisinya, berarti beban Anda terlalu berat. Jika Anda melihat ada skema jumlah repetisi yang menurun, maka tambahkanlah bebannya berturut-turut semakin berat pada setiap set. Jika jumlah repetisinya sama dari set ke set, pilihlah berat yang cukup menantang untuk menyelesaikan semua set latihan.
LATIHAN SET REPETISI
Smith-Machine Incline Press (atau)
Decline Barbell Press* 3
3 15, 12, 10
15, 12, 10
Machine Pullover 2 10
Pec-Deck Flye 2 10
Push-Up (atau)
Parallel-Bar Dip* 2
2 10
10
* Pada awal dan akhir latihan, lakukan salah satu dari dua gerakan bergantian dari sesi latihan ke latihan berikutnya.

Bahu (Deltoid)
Tiga bagian otot bahu memerlukan latihan dari berbagai sisi agar bisa sepenuhnya berkembang. Bahu bagian muka (anterior) paling baik dilatih gerakan angkatan depan. Bahu bagian tengah (middle) paling baik dilatih gerakan standing dan seated lateral raise. Sementara bahu bagian belakang (rear) terbaik dilatih gerakan bent-over laterals dan beberapa gerakan revrese-flye dan jenis row. Jika gerakan-gerakan press melatih bahu bagian muka, maka jenis gerakan-gerakan lift akan melatih tiga bagian bahu sekaligus.

Momentum adalah musuh utama latihan bahu, jadi kendalikanlah bebannya supaya otot lain tidak ikut terbebani. Ubahlah urutan tiga gerakan latihan terakhir dari sesi ke sesi latihan berikutnya.
LATIHAN SET REPETISI
Smith-Machine Shoulder Press 3 15, 12, 10
Wide-Grip Upright Row 2 12
One-Arm DB Lateral Raise 2 10
One-Arm DB Front Raise 2 10
One-Arm Bent-Over DB Lateral Raise 2 10


Punggung (Back)
Anda tidak akan pernah membangun punggung yang tebal dan kuat tanpa berlatih pondasi latihan yang mendasar, teruji dan benar. Latihan rutin berikut mengkombinasikan empat gerakan terbaik. Lakukan setidaknya 3 bulan, 1 kali seminggu, sebelum beralih ke program yang lebih tinggi.

Untuk bent-over row, awali dengan beban ringan lalu tambahkan bebannya sedikit demi sedikit dari set ke set. Untuk 3 gerakan latihan terakhir, pilihlah beban yang cukup menantang untuk 12 repetisi (batas beban hanya kuat sampai 2-3 repetisi jika menambah setnya).
LATIHAN SET REPETISI
Bent-Over Barbell Row 3 15, 12, 10
Wide-Grip Seated Cable Row 2 12
One-Arm DB Row 2 12
Wide-Grip Pulldown To Front 2 12

Kaki (Legs)
Jika Anda belum pernah melatih otot kaki, maka rutinitas latihan ini sangat tepat untuk permulaan. Gerakan di sekitar mesin latihan membuat tubuh Anda berangsur-angsur beradaptasi dengan rangsangan baru otot yang Anda lakukan.

Jangan langsung memilih beban yang berat. Itu adalah kebiasaan yang buruk. Sebagai pemula, lebih ringan lebih bagus. Lebih baik Anda mempelajari gerakannya yang benar dulu.
LATIHAN SET REPETISI
Smith-Machine Squat 3 15, 12, 12
Leg Extension 2 10-12
Lying Leg Curl 2 10-12
Standing Calf Raise 2 15

Bisep (Biseps)
Latihan rutin ini berdasar pada tiga gerakan yang tidak boleh Anda lewatkan. Jika Anda ingin bisep yang besar, maka Anda harus terbiasa dengan gerakan ini. Dalam semua latihan bisep Anda, usahakan sedapat mungkin melawan momentum gerakan. Jangan menggerakkan tubuh Anda ke depan saat repetisi dan jangan mengayun badan saat mengangkat beban ke atas.

Latihan ini juga melibatkan lengan bawah (forearms); melatih kekuatan lengan bawah Anda mampu membantu beberapa latihan lainnya, terutama gerakan punggung. Idealnya, Anda memang harus terus melatih lengan bawah selama Anda berlatih beban.

LATIHAN SET REPETISI
Standing Barbell Curl 3 12, 10, 10
EZ-Bar Preacher Curl 2 10
Alternate Incline DB Curl 2 10
Lengan Bawah (forearms) :
Reverse Wrist Curl 1 12
Wrist Curl 1 12

Trisep (Triceps)
Membentuk trisep Anda seperti tapal kuda (bentuk ketika trisep sudah berkembang) artinya berlatih dengan beberapa jenis angkat beban cara tradisional. Pertama-tama, terlebih dahulu Anda mempelajari gerakan-gerakan kuncinya untuk membangun pondasi yang benar.

Jangan memposisikan kedua genggaman tangan terlalu berdekatan apalagi bersentuhan pada gerakan close-grip press - jika terlalu dekat, maka pergelangan tangan akan mendapat tekanan yang mestinya tak perlu.

Berdirilah tegak lurus pada gerakan cable pressdown; jangan membungkuk ke depan ketika melakukan repetisi.
LATIHAN SET REPETISI
Close-Grip Bench Press 3 15, 12, 10
Machine Dip 2 10
Straight-Bar Cable Pressdown 2 10
Close-Grip Push-Up 1 8-10

Perut (Abs)
Perut adalah bagian tubuh yang sangat populer untuk dilatih, dan alasan sederhananya adalah : semua orang menginginkan peut six-pack. Berikut adalah permulaan untuk menuju perut six-pack Anda.

Rutinitas gerakan ini dirancang untuk melatih perut bawah Anda terlebih dahulu, diikuti perut bagian atas, dan terakhir sisi samping dari bagian tengah perut yang disebut obliques. Perut bagian bawah dilatih pertama karena biasanya merupakan bagian terlemah pada bagian tengah perut kebanyakan orang.

Semakin banyak bukan berarti lebih baik; jangan berlatih terlalu berat pada sesi pertama latihan Anda dengan menambah set atau repetisi.
LATIHAN SET REPETISI
Scissor Kick 2 10-15
Curl-Up 2 10-15
Side Jackknife 2 10-15

Tubuh Bagian Atas (Upper Body)
Pasangkan latihan tubuh bagian atas ini dengan latihan kaki untuk melengkapi programnya. Anda dapat menerapkan kedua latihan tersebut satu-dua kali seminggu. Misalnya, Senin dan Kamis Anda menerapkan latihan tubuh bagian atas ini; Selasa dan Jumat Anda terapkan latihan kaki.

Membagi tubuh ke dalam dua jenis latihan, daripada menjalani satu program latihan seluruh tubuh, memungkinkan Anda melatih semua bagian tubuh dengan penuh energi. Satu program latihan seluruh tubuh memang masih efektif dan sempurna untuk mereka yang terbatas waktunya. Namun, jika Anda bisa memilih, maka pilihlah program latihan berorientasi tubuh bagian atas dan bawah berikut ini.

Gunakan beban yang cukup ringan pada awal Anda menjalani program latihan ini. Berkonsentrasilah membiasakan diri pada alat latihan dan gerakannya.
LATIHAN SET REPETISI
Hammer-Strength Chest-Press Machine 2 12
One-Arm DB Row 2 12
Seated Machine Press 2 12
Back Extension 2 12
Cable Pressdown 2 12
Machine Curl 2 12
Barbell Wrist Curl 1 12
Supported Crunch 2 12

Seluruh Bagian Tubuh (Full Body)
Melatih seluruh bagian tubuh Anda dengan satu latihan adalah sempurna bagi pemula dan orang yang baru mencoba latihan. Terutama jika Anda hanya memiliki sedikit waktu, maka program latihan untuk seluruh tubuh seperti ini akan menjaga Anda tetap fit.

Program latihan ini merupakan gabungan antara latihan menggunakan alat mesin dan beban bebas (barbell dan dumbbell). Jika alat mesin memberikan banyak manfaat bagi pemula karena keamanan dan pola gerakan yang terkendali, maka sangat penting juga bagi tubuh Anda untuk membiasakan dengan beban bebas. Melakukan masing-masing kedua jenis latihan tersebut sangat baik untuk lanjutan level latihan yang lebih cepat.

Jangan lupa untuk bernafas dengan baik. Atlit-atlit bodybuilder dan olahraga kekuatan lainnya selalu mengatur pola pernafasan mereka saat latihan disesuaikan dengan jenis gerakannya. Tetapi untuk pemula cukup mengikuti aturan sederhana berikut ini : hembuskan nafas pada saat gerakan tersulit latihan dan hirup nafas pada saat Anda kembali ke posisi awal gerakan.


LATIHAN SET REPETISI
Leg Press atau Split Squat 2 12-15
Hammer-Strength Incline Machine Press (atau)
Incline DB Press 2 12-15
Machine Row 2 12-15
Seated Machine Press 2 12-15
Barbell Preacher Curl 2 12-15
Seated Overhead DB Extension 2 12-15
Seated Calf Raise 2 12-15
Supported Crunch 2 12-15
Terapkan latihan ini dalam 3 hari tak berurutan setiap minggu. Sebelum Anda memulai latihan, lakukan pemanasan selama 10 menit berupa latihan cardio, misalnya berjalan atau treadmill ringan.

LATIHAN OTOT TRISEP

Cara Lain Mengencangkan Otot Trisep


Dalam nomor ini, akan dibicarakan tentang salah satu latihan untuk mengencnagkan dan menguatkan otot trisep. Otot trisep adalah otot lengan atas bagian belakang, yang sering kita gunakan, namun kurang mendapat perhatian kita. Padahal, otot ini banyak sekali menfaatnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap kali kita mengangkat barang ke atas, selalu otot trisep digunakan.

Bila otot trisep kita kuat dan kencang, saat menulis di papan utlis, misalnya, otot tidak bergoyang-goyang karena menggelambir.

Latihan yang benar
Peganglah dumbel dengan tangan kanan. Berlututlah dengan lutut kiri yang ditempatkan pada bangku latihan. Lengan kiri lurus dan telapak tangan kiri terletak datar di atas bangku.
Bengkokkan sedikit lutut kanan Anda, sejajar dengan lantai. Pinggang sedikit melengkung secara alamiah. Kedua bahu sejajar dan kepala menjadi satu baris dengan tulang punggung. Kontrkasikan otot-otot perut dengan menarik pusar ke arah tulang punggung.
Bengkokkan lengan kanan dan tarik ke atas, sehingga lengan atas dekat dengan badan bagian atas dan sejajar dengan lantai. Posisi telapak tangan menghadap ke dalam.
Dengan lengan atas tidak bergerak, dan menempel pada badan, luruskan siku Anda sehingga lengan menjadi lurus. Kemudian, secara perlahan-lahan kembali ke posisi awal.

Takaran Latihan
Lakukan latihan ini 3 set dengan 12 kali ulangan. Berat beban (dumbel) sekitar 3-5 kilogram. Berlatilah 2-3 kali dalam seminggu. Otot yang mendapat beban latihan adalah
otot trisep (lengan atas bagian belakang).

Lakukan latihan ini di depan cermin, agar Anda dapat melihat sikap badan waktu melakukan latihan.

Kesalahan yang harus dihindari
Jangan menggerakkan / menganyunkan lengan atas, agar tidak melibatkan otot bahu, sehingga seluruh beban pada otot trisep.
Jangan mengangkat bahu kanan dan punggung atas, serta menurunkan bahu kiri. Kesalahan gerak ini memberikan beban lebih pada leher dan punggung, serta mengurangi efektiviatas latihan.
Jangan menggunakan beban terlalu berat, sehingga Anda tak dapat meluruskan lengan sepenuhnya.

Sabtu, 06 November 2010

CARA UNTUK MENINGKATKAN GERAKAN PENDARATAN SETELAH LOMPATAN. IMPLIKASI UNTUK PENCEGAHAN CEDERA

Di antara tujuan utama biomekanik olahraga peningkatan kinerja dan cedera
pencegahan.  Presentasi ini akan didasarkan pada isu terakhir.  Para atlet yang berlatih olahraga dikembangkan di tanah mengalami berulang dampak pada kaki mereka dan bagian tubuh lainnya.  Yang luas
Sebagian dari dampak tersebut tidak menghasilkan cedera, tetapi deselerasi tiba-tiba terlibat dalam
acara telah terkait dengan cedera akut dan kronis. 
 Biomekanik sebagai ilmu memiliki disiplin yang disebut "Dampak Biomekanik", yang mempelajari jenis apapun
dampak, termasuk dari yang dikembangkan dalam rentang normal (misalnya, selama berjalan dan
jumping, melompat, untuk orang di luar rentang fisiologis, seperti berbagai jenis kecelakaan. Penelitian ini akan
berfokus pada peristiwa dalam rentang fisiologis, meskipun dapat dihubungkan dengan cedera kronis pada pertengahan
atau jangka panjang.
Ada beberapa teknik yang mendarat berbeda dengan anggota tubuh bagian bawah.  Beberapa dari mereka adalah simetris,
dan lainnya dilakukan dalam cara yang tidak-simetris, atau bahkan dengan hanya satu kaki. Karakteristik dari
dampak yang terjadi dalam olahraga yang berbeda telah dipelajari sejak beberapa waktu lalu dengan platform kekuatan,
dan kadang-kadang studi telah selesai dengan dan elektromiografi analisis kinematik.  metodologi ini, berjalan berbeda (sprint, dan menengah jarak jauh berjalan, memotong
gerakan ...) dan teknik melompat (panjang triple, voli, basket dan senam melompat, melompat
tests…) telah dianalisis.  Dalam beberapa kasus, seperti push off fase lompatan triple, dan pendaratan
gerakan dalam senam, dampak besar telah dijelaskan, dengan nilai dari reaksi tanah
kekuatan (GRF) lebih dari 14 kali berat badan (BB).
Namun, hal-hal yang tidak sebagaimana yang tampak, dan dalam beberapa kegiatan dampak jauh lebih besar daripada kita
bisamengharapkan.  Sebagai contoh, selama dorongan lembut dari fase pada trampolin senam, untuk melompat 20 cm,
Lain kali, ketika kita merasa risiko cedera dekat, misalnya,
ketika kita melakukan bertelanjang kaki berjalan, kami mengimbanginya dengan mekanisme adaptasi dalam menjalankan
Teknik kurangnya perlindungan yang diberikan oleh sepatu lari dan midsole, yang dapat membantu kita
during the landing phase . selama fase pendaratan.
Sosok khas mendarat simetris dari lompatan vertikal menunjukkan 3 nilai puncak: yang pertama
berkaitan dengan kontak metatarsal kepala ke tanah (F1), yang kedua, dengan kontak
tumit (adalah satu terbesar) (F2), dan yang ketiga dengan saat kaki dorsiflexion lebih besar

Pengertian Statistik


Pengertian Statistik

Statistik berasal dari kata state yang artinya negara. Dalam pengertian yang paling sederhana statistik artinya data. Dalam pengertian yang lebih luas, statistik dapat diartikan sebagai kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan (berkaitan) dengan suatu masalah tertentu. Umumnya suatu data diikuti atau dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau keadaan tertentu. Kata statistik juga menyatakan ukuran atau karakteristik pada sampel seperti nilai rata-rata, dan koefisien korelasi.

Jenis Statistik
Berdasarkan jenisnya, statistik dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data.
Statistik deskriptif 
mengacu pada bagaimana menata atau mengorganisasi data, menyajikan, dan menganalisis data. Menata, menyajikan, dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menentukan nilai rata-rata hitung dan persen / proposisi. Cara lain untuk menggambarkan data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau grafik (Sugiyono, 2006).
Statistik inferensial 
 adalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakterisktik atau ciri dari suatu populasi. Dengan demikian dalam statistik inferensial dilakukan suatu generalisasi (perampatan atau memperumum) dan hal yang bersifat khusus (kecil) ke hal yang lebih luas (umum). Oleh karena itu, statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensial biasanya dilakukan pengujian hipotesis dan pendugaan mengenai karakteristik (ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t (Sugiyono, 2006).

Operasional Variabel
Operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variable atau konsep definisi operasional tersebut membantu kita untuk mengklasifikasikan gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari variabel. (Arikunto, 2006).
Pengertian konsep menurut Kerlinger dikutip dalam bukunya Rakhmat (2005:12) adalah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Konsep merupakan rumusan dasar dan fundamental dalam setiap teori. Konsep juga diartikan sebagai ide-ide atau bayangan mental, mengenai dunia nyata. Struktur konsep terdiri atas tiga dasar:
a. Ide atau bayangan mental yang dimiliki seseorang mengenai suatu gejala di dunia luar.
b. Acuan, yaitu gejala nyata ke mana ide ini mengacu.
c. Istilah atau symbol dengan jalan man aide-ide dikomunikasikan kepada orang lain.
Variabel
Untuk membuat kerangka konsep, diperlukan beberapa variabel. Variabel dipakai sebagai sinonim untuk suatu hal yang akan diteliti. “Variabel merupakan salah satu unsur yang mendasari penelitian ilmiah. Variabel sesungguhnya adalah terdiri dari konsep-konsep yang digunakan pada suatu penelitian.”
Variabel Asimetris
Variable asimetris merupakan hubungan variabel yang satu mempengaruhi variable yang lain dan berasal dari konsep yang sama.
Dimana penggambaran hubungan variable asimetris sebagai berikut :

HUBUNGAN VARIABEL ASIMETRIS
Variabel Bebas : --------> Variabel Terikat:
X Y

Perbedaan Uji t dan Uji F
Uji t dan Uji F sama-sama digunakan untuk menguji hipotesis. Bedanya, Uji t digunakan untuk uji hipotesis yang bersifat terpisah (parsial), yaitu antara X1 dengan Y, X2 dengan Y. Sedangkan Uji F untuk uji hipotesis yang bersifat bersama-sama (simultan).
Tahapan penelitian:
1. Perumusan Masalah dan Tujuan penelitian
2. Penyusunan kerangka teori yang digunakan
3. Penyusunan Kerangka Pemikiran
4. Penyusunan Hipotesis
5. Penyusunan metode penelitian yang digunakan
6. Penyebaran Kuesioner
7. Analisis Hasil Kuesioner
8. Tabulasi
9. Kesimpulan dan Saran

Data Primer dan Sekunder
Data primer adalah data yang belum ada di obyek penelitian. Data primer biasa dikumpulkan melalui kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah ada, misalnya laporan keuangan atau dokumen
.
Statistik Parametrik dan Non-Parametrik
Statistika parametrik 
-> ilmu statistika yang mempertimbangkan jenis sebaran/distribusi data, yaitu apakah data menyebar normal atau tidak. Pada umumnya, Jika data tidak menyebar normal, maka data harus dikerjakan dengan metode Statistika non-parametrik, atau setidak2nya dilakukan transformasi agar data mengikuti sebaran normal, sehingga bisa dikerjakan dg statistika parametrik. Contoh metode statistika parametrik: uji-z (1 atau 2 sampel), uji-t (1 atau 2 sampel), korelasi pearson, Perancangan Percobaan (1 or 2-way ANOVA parametrik), dll.
Statistika non-parametrik 
-> statistika bebas sebaran (tdk mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi, baik normal atau tidak). Statistika non-parametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis pada data berjenis Nominal atau Ordinal. Data berjenis Nominal dan Ordinal tidak menyebar normal. Contoh metode Statistika non-parametrik:Binomial test, Chi-square test, Median test, Friedman Test, dll.

Hakikat Latihan


A.   Hakikat Latihan
        1. Pengertian
Latihan adalah proses sistematis dari latihan atau kerja yang dilakukan sescara berulang-ulang dengan kian hari menambah beban latihan atau kerja (Suharno, 1993: 101). Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: Practice, excercises, dan training.
Pengertian latihan yang berasal dari kata Practice adalah aktifitas untuk meningkatkan keterampilan  (kemahiran) berolahraga dengan mengunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan mengunakan berbagai alat pendukung.
Pengertian latihan yang berasal dari kata Ecercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi organ tubuh manusia, sehingga dapat menyempurnakan gerakannya.
Pengertian latihan yang berasal dari kata Training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori, praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai (Dr. Sukadianto, 2005).
Latihan Plyometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau reflek rengang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif. Radcliffe dan Farentinos menyatakan latihan plyometrik adalah suuatu latihan yang memiliki cirri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan respon dari pemberian dinamik atau rengangan yang cepat dari otot-otot terlibat. Plyometrik juga disebut dengan reflek rengangan atau reflek miotatik atau reflek pilinan otot (Radcliffe, 1985).  Dari definisi diatas dapat disimpulkan latiahan plyometrik adalah latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk kombinasi latihan isometric dan isotonic (eksentrik-konsentrik) yang mengunakan pembebanan dinamik. Rengangan itu terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali atau suatu latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya.
Untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dalam latihan, maka diperlukan suatu program latihan yang baik dari seorang pelatih. Dengan demikian berhasil tidaknya tujuan yang akan dicapai akan dipengarui oleh penerapan prinsip- prinsip latihan yang diperlukan dalam membuat program latihan.
Bolavoli merupakan satu cabang olahraga yang menuntut beragam kemampuan baik dari segi fisik, teknik, taktik dan mental. Untuk itu unsur-unsur yang diperlukan dalam bola voli dibagi sesuai dengan faktor – faktor latihan yang ada. Adapun faktor- faktor latihan tersebut adalah :
1. Faktor Fisik
Sebagai langkah awal untuk menunjang kemampuan teknik dibutuhkan fisik yang prima. Sebagaimana dijelaskan oleh sajoto bahwa kondisi adalah suatu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi. Kemudian sajoto menguraikan kondisi fisik tersebut menjadi 10 komponen yang terdiri dari :
a.               Kekuatan (Strenght)
b.            Daya tahan (Endurance)
c.             Daya ledak (Muscular power)
d.            Kecepatan (Speed)
e.             Daya lentur (Flekxibelity)
f.              Keseimbangan (Balance)
g.             Koordinasi (Coordination)
h.             Kelincahan (Agility)
i.               Ketepatan (Accurity)
j.        Reaksi (Reaction)
Menurut Fox, Bowers dan Foss, para ahli fisiologi mengambarkan tentang sistem energi predominan dalam olahraga bolavoli.
Sport
ATP-CP and LA
LA-O2
O2
Volleyball
80
5
15
Table 2.1. Fox E. L. et al, The Physiological Basis for Exercise and Sport, 1993
1.      Faktor Teknik
a.       Service
(1)   Underhand Service
(2)   Floating Service
(3)   Overhead Service
(4)   Jump Service
b.      Passing
(1)   Pass bawah
(2)   Pass Atas
c.       Umpan
(1)   Umpan Normal
(2)   Umpan semi
(3)   Umpan Push (umpan dorongan)
(4)   Umpan Pull (quick)
(5)   Umpan Pull Straight
d.      Block
(1)   Block Satu
(2)   Block berdua atau bertiga
e.       Smash
(1)       Open
(2)       Semi
(3)       Quick
B. Prinsip Latihan
Prinsip latihan adalah proses adaptasi menusi terhadap lingkungan. Manusia memiliki daya adaptasi istimewa terhadap lingkungan, pemain akan beradaptasi terhadap beban latihan yang diterima saat latihan maupun dalam pertandingan. Prinsip-prinsip latihan menurut Dr. Sukadiyanto (2005: 12-23) adalah :
a) Prinsip Kesiapan ( Readiness )
        Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia olahragawan. Oleh karena usia berkaitan erat dengan kesiapan kondisi fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan.

Usia 6-10 tahun
Usia 11-13 tahun
Usia 14-18 tahun
Usia Dewasa
Membangun kemampuan (interest)
Pengayaan keterampilan gerak
Peningkatan latihan
Puncak penampilan atau masa prestasi
Menyengkan
Penyempurnaan teknik
Latihan khusus

Belajar berbagai keterampilan teknik dasar
Persiapan untuk meningkatkan latihan
Frekwensi kompetisi diperbanyak
2.2. Tabel prinsip kesiapan (Dr. Sukadiyanto 2005: 12-23)
b) Prinsip Individual
Dalam merespon beben latihan untuk setiap olahragawan tentu akan berbeda-beda, sehingga beban latihan beban latihan setiap orang tidak dapat disamakan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan diantaranya adalah faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran, lingkungan, sakit cidera dan motivasi. Maka agar seorang pelatih berhasil dalam melatih perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki perbedaan-perbedaan, terutama dalam merespon beban latihan.
c) Prinsip Adaptasi
Organ tubuh manusia cenderung selalu dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Keadaan ini menguntungkan untuk proses berlatih-melatih, sehingga kemampuan manusia dapat dipengarui dan dapat ditingkatkan melalui latihan. Latihan menyebabkan proses adaptasi pada organ tubuh, namun tubuh memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat beradaptasi seluruh beban selama  proses latihan. Bila beban latihan ditingkatkan secara progresif, maka organ tubuh akan menyesuaikan terhadap perubahan tersebut dengan baik. Tingkat kecepatan adaptasi terhadap beban latihan dipengarui usia, kualitas kebugaran otot, kebugaran energi, dan kualitas latihannya.
Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat latihan :
1.          Kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sitem   pernafasan, fungsi jantung, paru, sirkulasi, dan volume darah.
2.          Meningkatnya kemampuan fisik, yaitu ketahanan otot, kekuatan dan power.
3.          Tulang. Ligamenta, tendo, dan hubungan jaringan otot menjadi lebih kuat
d) Prinsip Beban Lebih (Overload)
Beban latihan harus melampaui atau mencapai sedikit diatas ambang batas ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak mampu diadaptasi oleh tubuh, sedangkan terlalu ringan tidak berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan fisik, sehingga beban latihan harus memenui prinsip moderat. Untuk itu pembebanan dilakukan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan atlet.
e) Prinsip Progresif (Peningkatan)
Agar terjadi proses adaptasi tubuh, maka diperlukan prinsip beban lebuh yang diikuti dengan prinsip progresif. Latihan progresif, artinya dalam pelaksanaan proses latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dari kuantitas ke kualitas, serta dilakukan secara ajeg, maju dan berkelanjutan. Dalam menerapkan prinsip harus dilakukan secara bertahap, cermat, kontinyu, dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk dapat diadaptasi oleh tubuh atlet. Setelah jangka waktu adaptasi tercapai, maka beban latihan harus ditingkatkan. Bila beban latihan ditingkatkan secara mendadak, tubuh tidak mampu mengadaptasinya bahkan akan merusak dan berakibat cidera serta rasa sakit.
f) Prinsip Spesifikasi
Setiap bentuk latihan harus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, prinsip spesifikasi antara lain :
1.      Spesifikasi kebutuhan energi
2.      Spesifikasi bentuk dan Model Latihan
3.      Spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan
4.      Waktu periodesasi latihan
g) Prinsip Variasi
Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari kebosanan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis. Komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi latihan menurut Martens (1990) adalah “
1.      Kerja dan istirahat
2.      Latihan berat dan ringan, dari mudah yang sulit, dan dari kuantitas ke kualitas
h) Prinsip Pemanasan
Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis atlet memasuki latihan inti, dan diharapkan atlet dalam memasuki latihan inti dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya cidera atau rasa sakit. Ada 4 macam kegiatan pemanasan, antara lain :
1.      Aktifitas yang bertujuan untuk menaikkan suhu badan.
2.      Aktifitas peregangan (stretching) baik yang pasif maupun yang aktif (kalestenik/balistik).
3.      Aktifitas senam khusus cabang olahraga.
4.      Aktifitas gerak teknik cabang olahraga
i) Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)
Prestasi olahraga tidak dapat dicapai secara instant. Untuk mencapai prestasi terbaik diperlukan waktu yang lama. Pengaruh beban latihan tidak dapat diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan harus bertahap serta kontinyu. Pencapaian prestasi maksimal harus didukung dengan kemampuan dan keterampilan gerak. Persiapan proses latihan harus teratur, intensif dan progresif membutuhkan waktu antara 4-10 tahun. Oleh karena itu, latihan jangka waktu panjang selalu dipengarui oleh pertumbuhan dan perkembangan anak, peletakkan gerak, serta strategi pembelajaran.
j) Prinsip Berkebalikan (Reversibility)
Artinya, bila atelt berhenti dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam waktu yang lama, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan funsi secara otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari latihan akan menurun bahkan hilang.
k) Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat)
Keberhasilan latihan jangka panjang sngat ditentukan pembebanan yang tidak berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan atlet, sehingga beban latihan yang diberikan benar-benar tepat.
l) Prinsip Sistematik
Prestasi atlet sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan dengan ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan. Skala prioritas latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan  utama yang disesuaikan dengan periodesasi latihan. Yang memilki  tujuan latihan yang berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik, maupun psikologis.
C. Komponen Biomotor
 Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengarui oleh kondisi sister organ dalam yang dimaksud diantaranya adalah sistem neuromuscular, pernafasan, pencernaan, peredaran darah, energi, tulang dan persendian. Artinya gerak akan terjadi bila tersedia energi baik yang tersimpan dalam otot maupun yang diperoleh dari luar tubuh melalui makanan. Semua organ tubuh berperan dalam pemprosesan energi yang terjadi dalam otot sehingga menimbulkan gerak. Komponen biomotor adalah keseluruhan dari kondisi fisik olahragawan. Oleh karena hampir semua aktifitas gerak dalam olahraga selalu mengandung unsur-unsur kekuatan, durasi, kecepatan, dan gerak yang kompleks yang memerlukan keleluasaan gerak persendian (Bompa, 1994).
Namun secara garis besar komponen biomotor dipengarui oleh kondisi dua hal, yaitu :
1. Kebugaran jasmani (energy fitness)
Terdiri atas kapsitas aerobik dan kapsitas anerobik.
2. Kebugaran otot (muscular fitness)
 Adalah keseluruhan dari komponen-komponen biomotor yang meliputi  kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, fleksibilitas, keseimbangan, dan kelincahan.
D.  Plyometrik
Peran lompatan keatas atau vertikal jump sangat penting dalam permainan bolavoli. Untuk setiap pemain harus memiliki kemampuan melompat keatas yang tinggi kerena komponen teknik dan karateristik bola voli dalah lompatan. Pengertian plyometrik menurut beberapa ahli :

Plyometrik adalah latihan atau langkah-langkah atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan ekslosif. Kontraksi otot sangat kuat yang merupakan respon dari pembebanan dinamik atau rengangan yang cepat dari otot terlibat. (Radcliffe dan Farentinos 1985)
Plyometrik adalah latihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu yang sesingkat mungkin (Chu 1998)


Latihan Plyomertik adalah didasari pada pengertian sebuah concentrik (memendek) kontraksi otot dengan sangat kuat diikuti dengan segera sebuah eccentrik (memanjang) kontraksi otot yang sama. Lebih lanjut dikatakan driil plyometrik dapat dilanjutkan dengan bentuk gerak dan kecepatan sesuai dengan penampilan cabang olahraganya .(Shepherd,2006)
           
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa latihan plyomertik adalah metode latihan untuk meningkatkan daya ledak otot dengan bentuk latihan kombinasi latihan isometrik dan isotonik (eksentrik-konsentrik) yang mengunakan pembebanan dinamik.

1. Bagaimana  Kerja Latihan Plyometrik
Dasar dari proses gerak motorik sengaja dan tidak sengaja yang terlibat dalam plyometrik yang disebut juga ”stretch reflek” (reflek rengangan) atau juga disebut ”refleks on spindle” atau reflek miyotatis. Stretch reflek dan perlengkapan spindle adalah komponen vital syaraf keseluruhan yang mengontrol gerakan tubuh.
Berbagai terminologi yang mengambarkan fase reflek peregangan. Chu (1983) menyebutkan pembebanan cepat serat otot dengan segera menyababkan kontraksi otot sebagai “fase eksentrik”, periode singkat antara inisasi fase eksentrik dan konteaksi otot reflekas sebagai “fase amortizasi”. Veroshanski (1967) menyebut pembebanan atau peregangan serat otot sebagai “fase yielding” dan kontraksi refleks sebagai “fase over-coming”.
Latihan Plyometrik merangsang berbagai perubahan dalam sistem neuromuscular, meningkatkan kemampuan kelompok otot, merespon lebih cepat dan penuh tenaga untuk menguatkan dan mempercepat perubahan panjang otot. Gambaran latihan Plyometrik yang baik adalah pengkondisian neuromuscular untuk lebih cepat dan lebih penuh tenaga mengubah arah, contohnya melompat dari bawah keatas atau mengerakkan kaki dari anterior kemudian posterior ketika lari. Mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam perubahan tersebut kan meningkatkan kecepatan tenaga.
Ada dua faktor terpenting dalam latihan Plyometrik yang bervariasi yaitu:
a.      bersambung elastisitas komponen otot, diman termasuk diantara tendon dan karateristik jembatan silang pada actin dan myosin yang menutupi serabut otot.
b.      sensor dalam otot spindle (prioceptors) dalam peranannya saat sebelum terjadi rengangan otot dan masukkan sensory dihubungkan dengan peregangan otot cepat untuk bergerak yaitu “strech reflek”
Elastisitas otot adalah faktor terpenting dalam pengertian bagaimana siklus peregangan pendek dapat lebih menghasilkan daya ledak dari sebuah konsentrik sederhana kontraksi otot.








Gambar 2.1. Latihan plyometrik dengan One-legged reactive jumps over boxes









Gambar 2.2. Latihan plyometrik dengan reactive jump from a hig box
Dalam gambar diatas pada saat melompat, otot dapat dengan cepat menyimpan tegangan yang dihasilkan pada peregangan dengan cepat, jadi mereka memiliki sebuah bentuk pada energi elastis potensial. Untuk sebuah persamaan pada pita karet, bilamana terjadi peregangan, disini keberadaan potensi untuk kembali dengan cepat ke panjang aslinya. Strech reflek adalah mekanisme dari integral dari siklus perengangan-pendek. Sebuah contoh adalah yang dialami hentakan lutut dimana otot quadricep diketuk dengan palu karet. Peregangan dapat dirasakan saat otot quadricep, yang mana akan mengkerut dalam respon.

Selanjutnya dengan latihan Plyometrik dapat memperoleh beberapa keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari latihan Pyiometrik menurut Fox et al. (1988 : 187) dengan melakukan latihan Plyometrik akan mendapatkan tiga keuntungan yang utama, yaitu :
1. Waktu belajar atlet akan lebih baik atas kemampuan  kontraksi ototnya sendiri, untuk melakukannya dengan sedikit membebaskan energi elastisitasnya.
2. Daya kontraksi otot akan lebih kuat karena perengangan akan mempermudah adaptasi terhadap rangsangan untuk mendukung kekuatan yang dihasilkan.
3.  Latihan dengan mengunakan beban alami.
Intensitas latihan pada metode latihan plyometrik adalah pengontrolan dari tipe latihan yang ditampilkan, gerak 
Bentuk latihan Plyometrik begitu beragam, tetapi dalam penelitian ini mengunakan bentuk latihan Plyometrik yang sederhana ke bentuk gerak latihan yang kompleks dan berkaitan dengan upaya untuk  meningkatkan kemampuan melompat keatas pada atlet. Intensitas latihan pada metode latihann plyometrik adalah pengontrolan dari tipe latihan yang di tampilkan. Bentuk latihannya menurut skala intensitasnya  adalah :
                           





Gambar 2.3 Skala Intensitas Plyometrik

1.Jump In Place
         Bentuk latihan Jump in Place yang digunakan :
         a. Two-Foot Angkle Hop
            -Peralatan              : tidak ada
-Awalan          : berdiri dengan menggunakan kaki selebar bahu   dan posisi tubuh tegak lurus.
-Cara melakukan :  hanya mengunakan  kaki untuk momentum, melompat secara terus menerus pada satu tempat. Memperpanjang kaki ke barisan maksimum mereka pada masing-masing lompatan tegak lurus











Gambar 2.4. Jump-in-place dengan two-foot ankle hop

b. Split Squat jump ( lompat jongkok dengan membelah )
-Peralatan                 :   tidak ada
-Awalan     : membentangkan kaki kedepan kebelakang dan membengkokkan betis kedepan 90 derajat pada pinggang dan 90 derajat pada lutut

-Cara melakukan : melompat mengunakan lengan untuk membantu mengangkat dan memegang posisi jongkok membelah, mendarat dengan posisi yang sama dan segara melompat lagi








Gambar 2.5. Jump-in-place dengan Split Squat Jump

2. Standing Jump
    Bentuk latihan Standing Jump yang digunalkan :
a. Standing Jump and Reach ( melompat berdiri dan meraih )
-Peralatan                     : sebuah objek yang digantung diatas atau pada tembok dengan tanda sasaran  
-Awalan                       : berdiri dengan menggangkan kaki selebar bahu.     
-Cara melakukan          : jongkok dengan ramping dan menarik, meraih target atau sasaran, jangan melangkah sebelum melompat, mempertahankan berat badan pada bahu pada seluruh lompatan








Gambar 2.6. Standing Jump and Reach

3. Multiple Hop and Jump
    Bentuk latihan Standing Jump yang digunalkan :
a. Rim Jumps
-Peralatan                     : objek yang tinggi seperti ring bola basket atau mistar gawang pada sepak bola.  
-Awalan                       : berdiri dibawah objek dengan kaki dibuka selebar bahu.     
-Cara melakukan          : melompat secara terus menerus, meraih dengan berganti tangan dan mencoba merai objek pada setiap kesempatan melompat. Waktu ditanah akan menjadi sedikit dengan setiap melopat sekurang-kurangnya setinggi sebelumnya


 








Gambar 2.7. Multiple hop and jump dengan Rim Jumps

b. Standing Long Jump With Hurdle Hop
-Peralatan                     : 3  ke 6 gawang dengan tinggi 18 sampai 40 inch ditempatkan dengan jarak 8 sampai 12 kaki  
-Awalan                       : berdiri dengan kaki dibuka selebar bahu bersiap melakukan  pada posisinya    
-Cara melakukan          : masuk dengan bersiap melakukan lompatan jauh dengan 2 kaki untuk memulai.pada saat mendarat lebih kurang 18 inch.





Gambar 2.8. Standing Long Jump With Hurdle Hop

d. Zigzag Drill
-Peralatan                     : 2 garis berjajar 24 inch – 42 inch dan panjangnya 10 m.  
-Awalan                       : berdiri seimbang dengan satu kaki pada garis    
    -Cara melakukan          : melompat dari satu garis ke garis yang lain dengan gerakan terus menerus kedepan untuk 10 meter, selalu mengambil dan mendarat pada kaki yang sama. Jangan melompat saat bersamaan saat mendarat.


 








Gambar 2.9. Zigzag Drill


4. Box Drills
    Latihan yang digunakan adalah :
a. Multiple Box-To-Box Squat Jumps
-Peralatan                     : barisan dari kotak-kotak atau box dengan ketinggian yang sama ( ketinggian menurut kemampuan )  
-Awalan                       : berdiri pada posisi jongkok dengan kaki dibuka selebar bahu, menoleh kebawah pada deretan kotak, tangan dipegangkan di belakang kepala.     
-Cara melakukan          : melompat ke kotak pertama, mendarat dengan pelan pada posisi jongkok, mempertahankan posisi jongkok, melompat kekotak pada satu sisi tiba-tiba keatas mengikuti kotak letakkan tangan di belakang kepala.








Gambar 2.10. box drill dengan multiple box-to-box  squat jumps

5. Depth Jump
a. Depth Jump
-Peralatan                     : 1 box yang panjangnya 12 inch  
-Awalan                       : berdiri diatas kotak, jari kaki ditutup ke ujung depan.     
-Cara melakukan          : melangkah dari kotak dan menjatuhkan kedua kaki mencoba untuk mengantisipasi pendaratan dan bermunculan secepat mungkin yang kamu bisa. Jaga keseimbangan tubuh dari pendaratan dan membuat hubungan dengan tanak sependek mungkin.


 








Gambar 2.11. depth jump

b. Depth Jump to Prescribed Height
-Peralatan                     : 2 kotak yang sama ditempatkan pada 2-3 rengangan kaki, ketingian dan jarak tergantung kemampuan.  
-Awalan                       : berdiri diatas kotak, jari kaki ditutup ke ujung depan. Dan merengangkan kaki selebar bahu, menghadap ke kotak 2     
-Cara melakukan          : turun ke kotak, mendarat kedua kaki dan melompat diatas kotak ke 2, mendarat dengan  ringan, melompat dari tanah secepat mungkin.







Gambar 2.12. Depth Jump to Prescribed Height

c. Squat Depth Jump
-Peralatan                     : 1 atau 2 kotak yang panjangnya 12 – 42 inch  
-Awalan                       : berdiri diatas kotak, seperempat – setengah jongkokan, jari kaki ditutup sampai ujung
-Cara melakukan          : turun ke kotak, mendarat dengan jongkok 90 derajat. Melompat kekotak dengan jongkok dan mendarat dengan kuat. Untuk menambah kesulitan, mendarat pada kotak kedua dengan ketinggian yang sama setelah melakuan jongkokan





 







Gambar 2.13. Squat Depth Jump
d. Catch and Pass With Jump and Reach
-Peralatan                     : seorang partner, sebuah kotak panjang 12-30 inci, sebuah bola medicine dan objek yang tinggi seperti gawang bola basket.  
-Awalan                       : berdiri diatas kotak, kaki direngangkan selebar bahu, jari-jari kaki ditutup sampai ujung.
-Cara melakukan          : melangkah ke kotak dan mendarat pada 2 kaki, kedepan, ulurkan lenganmu dan tangkap untuk meraih dari partnermu, pada pendaratan, lempar lagi dan raih untuk sasaran yang tinggi dengan  bola medicine
 







                                                                                                   

Gambar 2.14. Catch and Pass With Jump and Reach
.
Efek fisiologis  yang terjadi ketika melakukan depth jump calf muscle dan achiles tendon akan menahan beban eksentrik. Hal ini mengakibatkan :
1.          Energi disediakan dalam komponen elastis
2.          Afferent implus dikirim lebih cepat keserabut pengerak calf muscle yang berada di spinal cord.
Secara teori daya ledak otot akan dihasilkan lebih besar dari kombinasi penyediaan energi dan pengiriman impuls dari peralatan syaraf  ke pengerak yang menghubungkan mereka dengan unit pengerak (Fox et al, 1988: 187)