1. Promotif(peningkatan)
2. Preventif(pencegahan)
3. Kuratif(pengobatan)
4. Rehabilitatif(pemulihan)
Munculnya istilah "olah raga kesehatan" ialah untuk membedakannya dengan olah raga profesional.
Olah raga profesional, sebagaimana profesi-profesi lainnya, merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai kode etik tersendiri dan menghasilkan uang bagi olahragawan tersebut.
Untuk menjadi olahragawan profesional seseorang harus belajar dan berlatih sejak kecil sebagaimana mempelajari kemampuan-kemampuan lainnya.
Menurut U.U No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (kata-kata yang dikatakan), olah raga kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
1.Promotif
Meskipun seseorang bebas dari penyakit, belum tentu orang tersebut bugar.
Dengan mengukur beban latihan yang diberikan kepada seseorang (lari 2,4 km, test bangku Harvard, test bangku Sharkey, test bangku Kash dll), maka kebugaran dapat diklasifikasikan menjadi: sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik dan istimewa.
Latihan fisik yang teratur dan terukur disertai gizi yang cukup akan meningkatkan kebugaran seseorang.
Kebugaran ini ditandai oleh: daya tahan jantung, daya tahan otot, kelenturan tubuh, komposisi tubuh, kecepatan gerak, kelincahan, keseimbangan, kecepatan reaksi, kemampuan koordinasi panca indra.
Denyut nadi zona latihan harus selalu dimonitor (periksa), agar tak melebihi denyut yang diperbolehkan yaitu antara 72-87 % dari denyut maksimal.
Denyut nadi maksimal permenit adalah 220 - umur.
Misalnya orang yang berusia 40 tahun maka denyut maksimal adalah 180 per menit.
2.Preventif
Olah raga kesehatan dapat mencegah dampak negatif dari hipokinesia (kurang gerak), memperlambat proses penuaan, memperlancar proses kelahiran pada wanita hamil.
3.Kuratif
Membantu proses penyembuhan pada penyakit-penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis, rematik, asma bronchiale, keropos tulang, dll. Peredaran darah orang yang berolah raga lebih lancar, sehingga racun-racun yang menumpuk di tubuh cepat dikeluarkan.
4.Rehabilitatif
Penyandang cacat / penyakit myopathy, cerebral palsy/kerusakan otak, tuna runggu, epilepsi, dll, membutuhkan olah raga yang sesuai dengan keadaan penderita. Apabila penyandang cacat ini tidak melakukan olah raga, maka cacatnya akan bertambah karena terjadi kekurangan gerak, otot menjadi lemah, sehingga mudah timbul penyakit-penyakit jantung, ginjal, saluran darah, dll. Selain itu, olah raga bagi penyandang cacat juga sangat diperlukan untuk menghilangkan anggapan masyarakat bahwa mereka tak mampu berbuat apa-apa.
Ada 4 aspek yang membedakan antara Pendidikan Jasmani dengan Olahraga antara lain:
1. Tujuan Pendidikan Jasmani disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang menyangkut pengembangan seluruh pribadi anak didik, sedangkan tujuan Olahraga adalah mengacu pada prestasi unjuk laku motorik setinggi-tingginya untuk dapat memenangkan dalam pertandingan.
2. Isi Pembelajaran dalam pendidikan jasmani disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik, sedangkan pada olahraga isi pembelajaran atau isi latihan merupakan target yang harus dipenuhi.
3. Orientasi Pembelajaran pada pendidikan jasmani berpusat pada anak didik. Artinya anak didik yang belum mampu mencapai tujuan pada waktunya diberi kesempatan lagi, sedangkan pada olahraga atlet yang tidak dapat mencapai tujuan sesuai dengan target waktu dianggap tidak berbakat dan harus diganti dengan atlet lain.
4. Sifat kegiatan pendidikan jasmani pada pemanduan bakat yang dipakai untuk mengetahui entry behavior, sedangkan pada olahraga bertujuan untuk memilih atlet berbakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar