A Review Paper on Goal-Line Technology
Prayag ShahȦ* , Rishikesh Muchhala Ȧ and Gaurang ShahȦ
ȦInformation Technology Department,
DJSCOE, Vile Parle (W), Mumbai -400056, India
Accepted 15 Sept 2014, Available online 01 Oct 2014, Vol.4, No.5 (Oct 2014)
DITINJAU
DARI PERSPEKTIF AKSIOLOGI.
Dunia
olahraga selalu sarat dengan makna filosofis. Dalam filsafat ilmu, tidak dapat
dipungkiri bahwa berfilsafat merupakan manifestasi kegiatan intelektual yang
telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan
masyarakat ilmiah.
Olahraga
adalah bagian utama dari kehidupan masyarakat dan budaya. Peserta olahraga
berasal dari berbagai usia, dari yang muda hingga ke yang tua, dan dari tingkat
permainan yang hanya untuk bersenang-senang dan rekreasi hingga tingkat
profesional. Nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas olahraga telah menjadi
keyakinan umum bahwa aktivitas olahraga sarat dengan nilai-nilai pendidikan,
seperti kejujuran, sportivitas, disiplin, dan tanggung jawab. Bahkan, ada
ungkapan yang sudah menjadi keyakinan sejarah dari waktu ke waktu
Kajian nilai (aksilogi) yang dipersoalkan
adalah aspek penerapan sesuatu ke dalam praktik yang berkaitan dengan masalah nilai. Nilai merupakan rujukan
perilaku, sesuatu yang dianggap “ luhur” dan menjadi pedoman hidup manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam bidang keolahragaan, persoalan ini kian
relevan untuk dibahas. Kecenderungan sikap dan partisipasi dalam tindakan dari
sekelompok warga masyarakat, termasuk organisasi induk olahraga, yang berusaha
untuk meningkatkan prestasi, membangkitkan masalah yang semakin kompleks dan
mendalam. Hal itu karena nilai-nilai ideal olahraga makin luhur, di geser oleh
nilai “ baru” sebagai konsekuensi dari perubahan sosial.
Kegiatan dalam keolahragaan merupakan cerminan
adalam lingkup mikrokosmos dari tatanan masyarakat yang lebih luas. Nilai dalam
masyarakat telah berubah, dan hal itu juga berdampak nyata ke dalam olahraga.
Di antara persoalan yang paling menonjol dewasa
ini adalah penerapan fair play atau
sportivitas sebagai nilai inti dalam bidang olahraga. Tantangannya muncul dalam
aneka prilaku atlet, pelatih,ofisial, dan bahkan juga dari kalangan pers. Yang lebih menonjol adalah upaya
memperoleh kemenangan yang disertai dengan upaya bukan mengandalkan keunggulan
teknik dan taktik. Yang diperagakan adalah gejala kekerasan dalam olahraga dan
kecendrungan untuk memaksakan kehendak, seperti mencampuri keputusan wasit.
Sebaliknya, wasit itu sendiri dalam beberapa kasus masih belum mampu untuk
berdiri sendiri dalam beberapa kasus masih belum mampu untuk berdiri di
tengah-tengah, tanpa memihak, sesuai dengan fungsinya.
Bahaya terhadap fair play
timbul terutama dari kesalahan arah yang ditempuh olahraga pada zaman ini.
Olahraga dieksploitsi oleh politik, ideologi, dan dagang karena olahraga sangat
tenar dan digemari. Bahkan sekarang ini, sejak logika politik berubah menjadi
logika ekonomi, pengelolaan olahraga dengan tujuan yang bersifat komersialisasi
sangat menonjol, dan bila kita tidak waspada, ancaman terhadap fair play
semakin besar. Dengan demikian olahraga mengalami bahaya untuk kehilangan
sifat-sifatnya yang murni. Yang semestinya olahraga berisi pertandingan yang
bersifat ksatria dan membentuk kepribadian, dapat berubah menjadi perjuangan
yang tidak kenal ampun, yang dikuasai oleh pikiran prestise, popularitas dan
uang.
Dengan kata lain, sikap batin semacam itu, yang
dapat kita sebutkan dalam istilah itikad, berisi pertimbangan moral, yang
kemudian secara otomatis terjabarkan dalam perilaku. Dikaitkan dengan
perkembangan akhir-akhir ini, semangat olahragawan sejati semacam itu perlu
dikembangkan serta disebarluaskan. Keadaan demikian perlu disosialisasikan
sejak dini, sejak seseorang mulai belajar olahraga dengan maksud untuk
melindungi olahraga dari bahaya-bahaya yang mengancamnya
Revolusi
teknologi utama telah memiliki efek yang sangat besar pada olahraga kontemporer
selama dua puluh tahun terakhir. Oleh karena itu, penggunaan berbagai jenis
teknologi telah menjadi penting dalam beberapa tahun terakhir karena fakta
bahwa olahraga mengandung momen di mana ada kesalahan yang dilakukan oleh wasit
dan perangkat pertandingan. Pengenalan teknologi mengenai olahraga ini dalam
beberapa tahun terakhir telah membantu untuk memberantas sejumlah kesalahan
ini. Jenis spesifik teknologi adalah penggunaan teknologi video dalam kaitannya
dengan pengenalan potensi teknologi garis gawang dalam sepak bola.
Selaras
dengan jurnal The Philosophy of Umpiring and the Introduction of Decision-Aid
Technology, bahwa pengadil
atau wasit yang memimpin pertandingan
olahraga yang saat ini mulai tidak mampu berdiri sendiri, baik karena
kemampuan pengadil sebagai manusia biasa dan banyaknya tekanan dari luar atau
dengan kata lain pergeseran nilai olahraga yang berubah dimasyarakat sekarang
ini, sehingga menyebabkan rasa ketidakadilan
itu uncul dalam hasil sebuah pertandingan olahraga.
Area
keolahragaan seharusnya mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana manusia
seharusnya berkompetisi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Sebagai contoh kasus di piala dunia 2010
Inggris tidak lolos ke putaran selanjutnya karena gol tidak di sahkan olah
pengadil di lapangan, karena keterbatasan indra manusia dalam memvisualisasi
gol atau kejadian saat itu, menyebabkan rasa ketidak adilan muncul. Akankah
nilai-nilai sportivitas sebagai hasil manisvestasi sebuah kegiatan keolahraan
menjadi terdegredasi karena sebuah kejadian tersebut.
wasit sebagai pengadil
dan teknologi sebagai pendukung wasit dalam pengambilan keputusan agar sebuah
pertandingan tetap terjaga sportivitasnya. Dalam artian manusia sebagai makhluk
yang tidak sempurna akan di dukung oleh teknologi yang transparan guna
mendukung sebuah filosofi sportivitas dalam berolahraga